LIVING COLLECTION PERPUSTAKAAN UIN SUNAN KALIJAGA BERSAMA ABDURRAHMAN AL HADDAR: ETNIS ARAB

LIVING COLLECTION PERPUSTAKAAN UIN SUNAN KALIJAGA BERSAMA ABDURRAHMAN AL HADDAR: ETNIS ARAB

Etnis Arab merupakan salah satu etnis di Indonesia yang mewarnai keberagaman dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Meskipun demikian, berbagai issue juga melingkupi enis Arab yang sebagian besar merupakan keturunan Yaman. Living Collection Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga edisi  21 Oktober 2022 ini membahas issue seputar etnis Arab dengan menghadirkan Abdurrahman Al Haddar. Beliau saat ini adalah mahasiswa Program Studi Interdisciplinary Islamic Studies Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, dan berasal dari Lombok Nusa Tenggara Timur.

Dalam wawancara oleh Pustakawan UIN Sunan Kalijaga Asri Yuna, Abdurrahman memaparkan bahwa keluarga besarnya memiliki garis keturunan golongan Alawiyyin atau keturunan Rasulullah Muhammad SAW.  Al Haddar merupakan salah satu golongan Alawiyyin yang berjumlah lebih kurang 70 golongan. Kedua orang tuanya merupakan keturunan Arab  yang berasal dari Hadramaut atau Yaman yang datang ke Indonesia kemudian menikah dengan orang Indonesia. Ciri-ciri Alawiyyin antara lain nampak dari nama marganya. Nama marga ditulis di akhir nama, namun ada juga yang tidak mencantumkan marganya. Syarifah, merupakan sebutan untuk Alawiyyin Wanita, Syarif untuk laki-laki. Assegaf, Alaidrus, dan Alhadar merupakan contoh nama marga Alawiyyin. Adapun Syekh merupakan sebutan untuk orang yang tinggi ilmunya.

Sebagian masyarakat ada yang berpandangan bahwa Alawiyyin atau Habaib merupakan golongan istimewa dan harus mendapat keistimewaan. Menurut Abdurrahman, orang tuanya mengajarkan dan meneladankan bahwa bila terdapat keistimewaan itu tidak perlu ditunjukkan secara fisik atau diungkapkan kepada umum bahwa mereka adalah golongan Habaib. Sebagai  Habaib, mereka seharusnya mampu untuk selalu menampilkan sikap atau perilaku yang baik dan terpuji. Hal tersebut dapat diwujudkan, antara lain dengan beraktivitas yang memberi manfaat bagi orang lain, seperti berbagi ilmu dan pengetahuan, serta hormat, mengasihi dan menyayangi orang lain dari semua golongan.

Di tengah masyarakat ada pula yang berpandangan bahwa kelompok Alawiyyin pasti memiliki mampuan bahasa Arab yang tinggi dan ideologi yang berbeda. Menurut Abdurrahman, hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Menurutnya Ia sendiri menempuh pendidikan bersama masyarakat setempat pada umumnya. Para keturunan Arab juga berkompetensi dengan masyarakat pada umumnya dalam semua bidang. Di lingkungan keluarganya juga ditanamkan sikap nasionalisme. Ayahnya adalah guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) yang di lingkungan keluarga selalu menanamkan nasionalisme yang tinggi,  cinta NKRI, dan ideologi Pancasila. Hal cinta tanah air telah terbentuk dan diwariskan oleh Rabithah al Alawiyah, organisasi keagamaan pada tahun 1928. Organisasi ini melaksanakan kegiatan pendidikan, dan berbagai kegiatan sosial lainnya.

Realitas sekarang, adanya stereotip masyarakat yang memahami bahwa keluarga keturunan Arab hanya memahami/fokus dalam ilmu agama. Namun realitanya juga saat ini keluarga alawiyyin sudah membaur ke bebagai lapisan masyarakat dan berperan langsung di tengah masyarakat, seperti menjadi dokter, terlibat di pemerintahan, dan partai politik. Dalam hal pernikahan sekufu, sekufu berarti selaras, seimbang, baik dari segi nasabnya/keturunannya, segi pendidikannya, pemikirannya, atau segi ekonominya. Bagi laki-laki hal ini hampir menjadi kewajiban, sedangkan bagi wanita adalah sangat dianjurkan berdasarkan pertimbangan bahwa nasab Alawiyyin diturunkan dari marga laki-laki. Syarifah yang tidak menikah dg Sayyid, maka nasab anak-anaknya terputus. Abdurrahman juga menyampaikan bahwa di kalangan Alawiyyin masih melaksanakan tradisi pengajian khusus malam jumat, membaca Ratib Alhadad, berkumpul saat Maulid Nabi, dan  berkeliling bersilaturrahmi di kalangan Awaliyyin. Di samping itu, golongan Alawiyyin  juga membaur mengikuti tradisi masyarakat lokal.

Program Living Collection merupakan upaya Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga untuk memperkaya pengetahuan dan wawasan pemustaka terkait berbagi issue yang berkembang di tengah masyarakat dengan menghadirkan berbagai tokoh yang menjadi Living Collection. Melalui program ini diharapkan pemustaka dan masyarakat akan tercerahkan, menjadi lebih bijaksana dalam bersikap terhadap kelompok tertentu terutama minoritas, sehingga terhindar dari sikap prejudice, diskriminatif dan rasis. Wawancara dengan tokoh Living Collection ini dapat diikuti secara lengkap melalui channel youtube Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga @sukalib. (Ist)

Share this post

Leave a Reply