Aku dan Perpustakaan

Aku dan Perpustakaan

AKU, DAN PERPUSTAKAAN

Oleh: Wahyani

Dari judulnya saja mungkin para pembaca sudah bisa membayangkan dan mungkin menebak isinya. Ya, mungkin tentang peran perpustakaan bagi diriku, atau tentang tempatku bekerja sekarang. Betul sekali. Ini adalah sepenggal kisah kesuksesan sekolahku dulu. Begitu melekat dan terkesannya pengalamanku ini sehingga aku tak bosan-bosannya mengajak dan mendorong orang lain tuk mencintai dan memanfaatkan perpustakaan.

Aku sukses belajar karena buku dan perpustakaan. Walaupun aku tinggal di desa kecil yang jauh dari akses ke tempat sumber informasi, namun tidak melunturkan semangatku untuk membaca.Walau aku sering ngantukan bila sudah berpegangan dengan buku, namun aku tetap menggebu tuk membaca. Sudah lama sekali kesan dan harapanku ini kupendam dalam hati sebagai catatan sejarah dalam hidupku yang suatu waktu nanti pasti akan kubuka kembali. Akan kubuka kembali untuk ku-share-kan pada anak-anakku tercinta, agar mereka tahu dan mengerti tentang arti perpustakaan bagi kesuksesan studi.

Cerita ini terjadi sekitar 21 tahun yang lalu, saat aku sekolah kelas 3 SLTA, di sebuah desa kecil yang memang terbatas dalam akses informasi terutama akses perpustakaan, apalagi perpustakaan sekolah yang sering kurang penanganan dan pemanfaatannya. Suatu hari aku ulangan matematika. Seperti biasa yang kuandalkan adalah catatan dari Bapak Guru sebagai bahan bacaan. Aku sebenarnya suka sekali pelajaran matematika, namun entah mengapa hari itu aku sial buanget. Nilai ulangan matematikaku dapat 2,5 sementara teman-temanku –walaupun gak ada yang dapat nilai 7 namun– rata-rata mendapat nilai 5. Saat itu aku langsung nangis sesunggukan di kelas tanpa satupun yang tahu kenapa aku menangis. Saat itulah aku tersadar betapa pentingnya arti sebuah buku pelajaran –selain catatan—tuk mendukung belajarku. Dalam hati aku berjanji dan bertekad tuk mendapatkan nilai tertinggi pada ulangan berikutnya. Bukannya sombong sih… ..Saat itu aku perhatikan betul materi yang disampaikan Bapak Guru, namun kupikir aku belum puas atas materi yang disampaikan. Mulai kucari-cari buku matematika di perpustakaan sebagai bahan tambahan, lalu aku pelajari sendiri. Alhamdulillah prediksiku tentang soal yang keluar tepat, dan aku bisa menyelesaikannya dengan lancar sementara teman-temanku pada garuk-garuk kepala. Pertemuan berikutnya hasil ulangan dibagikan, dan alangkah bahagianya diriku mendapatkan nilai 8, sementara nilai teman-teman di bawah saya tertinggi hanya mencapai nilai 6. Alhamdulillah ya Allah… Semenjak itu aku semakin rajin ke perpustakaan dan membaca, membaca buku apa saja sampai aku lulus SLTA.

Pengalaman ini kutekankan betul pada anak-anakku agar mereka mencintai buku dan gemar membaca. Mungkin bisa dibilang aku adalah ibu yang memanjakan anak dalam hal pembelian buku-buku, sampai-sampai suamiku sering sewot. Aku sering memotivasi anak-anakku agar rajin membaca berbagai macam buku, merawat buku dan mendayagunakankan serta men-share-kan buku bagi orang lain. Sering aku berpesan pada anakku agar selalu ke perpustakaan sekolah untuk pinjam dan membaca buku. Alhamdulillah, anakku hobi membaca walaupun baru hobi membaca novel. Namun anakku yang baru kelas 1 SMP sering mengeluh karena ingin sekali memanfaatkan layanan perpustakaan di sekolahnya namun sayang gak ada waktu. Dia sering membayangkan betapa senangnya nanti ke perpustakaan sekolahnya tuk pinjam buku-buku remaja. Iya nak… rajinlah selalu ke perpustakaan, lalu baca… baca… dan bacalah nak… nanti kau akan tahu, mengerti dan menguasai ilmu… Andai dunia Ibumu dahulu seindah duniamu saat ini mungkin Ibumu juga akan bahagia karena membaca. Sekarang Ibumu hanya ingin membuat orang lain bahagia karena membaca… Hidup Ibumu sekarang sudah Ibu dedikasikan untuk orang lain agar gemar membaca… dan membaca….

 

Share this post

Leave a Reply