INTERNATIONAL TALKS “VISITING INTERNATIONAL LIBRARIANS” #3: LIBRARY MANAGEMENT

INTERNATIONAL TALKS “VISITING INTERNATIONAL LIBRARIANS” #3: LIBRARY MANAGEMENT

Program International Talk “Visiting International Librarians” #3 kembali hadir dengan topik : Knowledge Management. Catherine Lavallee-Welch (President Elect of SLA) hadir sebagai narasumber. Program yang dilaksanakan dalam format webinar ini diikuti oleh 150 peserta dari dalam dan luar negeri. Pada kesempatan ini Kepala Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga dan Presiden APPTIS, Labibah Zain, MLIS., Dr. Parveen Babber (President-Elect of SLA Asia) menyampaikan sambutan. Dra. Imas Maesaroh, M.Lib, Ph.D (Dosen UIN Sunan Ampel) sebagai moderator, dan Anik Nur Azizah, SIP, pustakawan UIN Sunan Kalijaga sebagai master of ceremony. Untuk memfasilitasi mahasiswa difabel dalam kegiatan ini, relawan PLD, Ragil (Difabel Service Center UIN Sunan Kalijaga) sebagai penerjemah ke bahasa isyarat. International Talk “Visiting International Librarians” #3 diselenggarakan oleh Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga didukung oleh Asosiasi Perpustakaan Perguruan Tinggi Islam (APPTIS) dan Special Library Association – ASIA (SLA -ASIA).

Webinar ini merupakan salah satu aspek dari knowledge manajemen yang diharapkan dapat menambah pengetahuan pustakawan tentang konsep manajemen perpustakaan serta berbagai praktek atau penerapan manajemen perpustakaan di Kanada bersama narasumber Catherine Lavallee-Welch dari Bishop University Quebec Kanada. Beliau merupakan pustakawan yang telah berkarya selama 20 tahun bekerja di tiga perpustakaan akademik di Kanada. Catherine memaparkan bahwa tantangan yang harus di hadapi dengan adanya perubahan ini adalah apa yang harus dilakukan dan bagaimana kita mengelola apa yang kita kelola. Bagaimana perpustakaan dan pustakawan berperan dalam pendidikan di universitas. Perpustakaan harus memiliki andil dalam kepentingan penelitian di fakultas dan bidang terkait dibawah naungan universitas.

Menurut Catherine, kecenderungan umum saat ini adalah perpustakaan beralih dari model koleksi tercetak kepada model berbasis layanan. Ruangan perpustakaan saat ini tidak hanya sebagai ruang studi individu saja. Perlu dilakukan penilaian kebutuhan dan penggunaan ruangan akhir2 ini. Perencanaan ruangan lebih mempertimbangkan sharing area dengan unit layanan yang berbeda, seperti lab computer, lab multimedia, common space, studio, teaching dan learning center fakultas, laboratorium bahasa, cafee, dan galeri. Oleh karena itu, manajemen partnership menjadi hal yang penting agar lebih memberikan keuntungan dan kepuasan pemustaka. Dari berbagai layanan yang ada, penting dilakukan penilaian untuk mendapat kejelasan hasil, dan impac dari program, kegiatan layanan perpustakaan, seperti menilai library instruction, menilai koleksi, komunikasi akademisi, dan layanan kepada pemustaka.
Berkaitan dengan koleksi, kita perlu menilai koleksi apa yang dimiliki, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan program universitas. Berkenaan dengan library instruction apakah sudah sesuai dengan standar untuk perpustakaan akademik. Pustakawan perlu menilai riset fakultas, impac learning, sistem manajemen perpustakaan, riset fakultas, seberapa banyak bantuan dan kontribusi repositori kepada fakultas. Terkait customer services, penting dalam hal mewujudkan good customer services, antara lain mewujudkan interaksi dengan user setiap saat, perlu menilai seberapa mudah bantuan yang didapat user untuk menemui staf dan mendapatkan informasi melalui website. Pengalaman yang baik dari user atau pemustaka akan memberikan impact yg positif bagi perpustakaan, dan sebaliknya bila pengalaman yang kurang baik dialami oleh pemustaka.

Masalah pegawai, merupakan persoalan yang menantang di perpustakaan di Kanada. Diversity, inklusi, equity, warna kulit, minoritas, disabilitas merupakan isu yang penting di Kanada. Untuk itu perlu ada manajemen perubahan, yaitu dalam hal komunikasi, penting adanya komunikasi dua arah. Selain itu, dalam hal pengembangan profesional, orang perlu memiliki fasilitas, dan skill utk bisa melaksanakan tugas dengan baik, dan dengan menerapkan sistem informasi perpustakaan sehingga akan lebih dipercaya. Kreatifitas, dan mengambil resiko merupakan hal penting untuk didorong dengan membentuk pilot project. Catherine juga menekankan pentingnya bagi kita untuk mengetahui tujuan institusi, tujuan/hasil program, tujuan/hasil perpustakaan, tujuan/hasil akreditasi Lembaga.

Program International Talk “Visiting International Librarians” seri dua dengan topik “Knowledge Management” bersama narasumber Dr. Shantanu Ganguly (All India Institute Medical Science, India) telah dilaksananakan pada bulan Februari 2021. Program ini direncanakan akan belangsung hingga bulan Desember 2021 dengan tema yang berbeda, dan dengan narasumber dari berbagai negara. Masyarakat umum dapat mengikuti detail webinar ini melalui @sukalib. (Ist)

Share this post

Leave a Reply